Kepengurusan Organisasi Masyarakat Transportasi Indonesia |
Banyak orang mengartikan usia 20
tahun sebagai usia kedewasaan dan kematangan berfikir, serta sudah bisa melihat
visi hidup dengan jernih. Bahkan sebagian tokoh sukses dunia memulai karir
sukses nya dari usia 20 an tahun. Sebut saja pemilik Facebook Mark Zuckerberk,
atau kalo mau cari profil pengusaha muda lokal, kita bisa berkaca dari CEO
Gojek Indonesia Nadim Kariem, COO Kudo Indonesia Agung Nugroho, atau Salman Subakat
yang berhasil merajai pasar kosmetik Indonesia dengan brand Wardah nya. Mereka
adalah profil anak muda sukses yang memulai karir di usia belia.
Seperti halnya kesuksesan yang
telah diraih para pengusaha muda itu, kesuksesan managemen transportasi yang
ada di negeri ini juga tidak lepas dari peran organisasi Masyarakat
Transportasi Indonesia (MTI). Pada ulang tahunnya yang ke 20 tahun kemarin yang
diadakan di Hotel Le Meridian Jakarta, MTI berkomitmen untuk terus menjadi
mitra pemerintah dalam menciptakan tatanan transportasi nasional yang teratur
dan terarah, sehingga bisa membawa pertumbuhan ekonomi yang semakin baik
kedepannya.
Prof. Danang Parikesit, ketua MTI
dalam sambutannya memaparkan road map transportasi di Indonesia tahun 2016. Menurutnya
managemen transportasi yang baik akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian
bangsa secara signifikan, dengan rasio 1 banding 15. Problem terbesar
penghambat pertumbuhan transportasi adalah overlapping
kebijakan antara pusat dengan daerah. Ini tak lain karena efek dari konsep
otonomi daerah yang memunculkan ‘raja raja kecil’ di daerah. Benang kusut
tersebut harus bisa diurai oleh pemerintah sekarang, khususnya kementerian yang
memegang bidang ini. Dan sebagai organisasi independen, MTI merasa wajib untuk
mendampingi dan memberi masukan positif yang bersifat membangun kepada
pemerintah.
Diurut dari sejarah Indonesia,
semenjak indonesia merdeka hingga sekarang sebagian jabatan menteri perhubugan
di jabat bukan dari kalangan profesional, hanya beberapa gelintir saja di era
SBY seorang menteri perhubungan di pegang oleh seorang rofesional di bidang
transportasi, itu juga hanya menjabat beberapa bulan saja. Memang sih,
kebanyakan pembantu presiden atau menteri adalah mereka yang dulunya menjadi
pendukungnya, sebagai konsekuensi dari proses politik di Indonesia. Faktor
tersebut juga ditengarai menjadi penghambat pertumbuhan pembangunan sistem
transportasi di Indonesia.
Kondisi transportasi di Indonesia?
Transportasi di Indonesia dibagi
menjadi 3 kelompok besar, meliputi transportasi darat, transportasi laut, dan
transportasi udara. Berdasar Outlook 2015, sebanyak 23 ribu korban kecelakaan terjadi
pada sistem transportasi Indonesia, dan kecelakaan terbesar terjadi pada
angkutan darat. Oleh karena itu, keselamatan lalu lintas darat di tahun 2016
wajib ditingkatkan. Rendahnya budaya disiplin dan terbatasnya jumlah petugas
safety inspector menjadikan tingkat keamanan transportasi di Indonesia sangat
rendah dibanding negara lainnya.
Sementara transportasi laut
menjadi “anak tiri” yang kurang
mendapatkan perhatian pemerintah dibanding dua kelompok transportasi lainnya. Perkembangannya juga sangat lambat, padahal
Indonesia adalah negara maritim yang sangat potensial untuk mengembangkan jenis
transportasi laut. Kebijakan mengenai transportasi dipandang masih Jakarta
Sentris, dan bersifat ritual, membuat transportasi sulit berkembang. Oleh
karenanya di tahun 2016 ini MTI akan bertekad mengembangkan jenis transportasi
ini.
Tol Cipali - Subang |
Tentang Ide Voucher Mudik Pada Lebaran 2016
Berdasarkan studi yang dilakukan
oleh MTI, banyaknya kasus kemacetan di Indonesia terjadi saat momen musiman
yang bersifat ritual seperti perayaan hari besar nasional dan hari besar
keagamaan. Oleh karenanya di tahun 2016 pemerintah dipandang perlu untuk
melakukan revitalisasi angkutan umum. Ada satu ide dari MTI yang menarik untuk
diikuti proses implementasinya, yaitu mengusulkan kepada pemerintah mengenai pembagian
voucher mudik saat musim mudik lebaran. Ide ini muncul dari maraknya program mudik
gratis yang diadakan oleh banyak perusahaan yang belum terkordinir dengan baik,
baik dari segi jumlah kendaraan maupun jumlah peserta, sehingga berpotensi
terjadi kemacetan parah dikarenakan infrastruktur jalan tidak sebanding dengan
volume kendaraan. Belum lagi ditambah dengan mudik kendaraan pribadi. Dengan
adanya voucher mudik, masyarakat dipaksa untuk menggunakan angkutan umum. Dan pemerintah
tinggal megontrol volume jumlah angkutan umum yang akan digunakan versus berapa
infrastruktur yang musti disiapkan, sehingga akan tercipta keseimbangan dan
sistem transportasi nasional yang kondusif.
Bagaimana konsep voucher mudik
ini bisa terimplementasi di musim mudik lebaran nanti? Kita lihat implementasi
sambil menunggu kerja cerdas komunitas ini.
Selamat ulang tahun buat
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), semoga semakin jaya dan memunculkan
ide ide segar untuk perbaikan sistem transportasi nasional.